Merkuri (Hg) dan Toksisitasnya

Merkuri (Hg) adalah logam berat yang dikenal karena sifatnya yang beracun

Merkuri dan Toksisitasnya

Merkuri (Hg), baik logam maupun metil merkuri (CH3Hg+), biasanya masuk tubuh manusia lewat pencernaan, bisa dari ikan, kerang, udang, maupun perairan yang terkontaminasi.


Namun bila dalam bentuk logam, biasanya sebagian besar bisa diekskresikan. Sisanya akan menumpuk di ginjal dan system saraf, yang suatu saat akan mengganggu bila akumulasinya makin banyak. Merkuri (Hg) dalam bentuk logam tidak begitu berbahaya, karena hanya 15% yang terserap tubuh manusia, akan tetapi begitu terpapar ke alam, dalam kondisi tertentu dapat bereaksi dengan metana yang berasal dari dekomposisi senyawa organik membentuk metil merkuri (Hg) yang bersifat toksis.


Dalam bentuk metil merkuri, sebagian besar akan berakumulasi di otak. Oleh karena penyerapannya besar, dalam waktu singkat dapat menyebabkan berbagai gangguan. Mulai dari rusaknya keseimbangan tubuh, tidak bisa berkonsentrasi, tuli, dan berbagai gangguan lain seperti yang terjadi pada kasus minamata. Merkuri (Hg) yang terhisap dapat lewat udara berdampak akut atau terakumulasi dan terbawa ke organ-organ tubuh lainnya, menyebabkan bronkitis, hingga rusaknya paru-paru. 


Pada keracunan merkuri (Hg) tingkat awal, pasien merasa mulutnya kebal sehingga tidak peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah, dan sering sakit kepala. Jika terjadi akumulasi yang lebih dapat berakibat pada degenerasi sel-sel saraf di otak kecil yang menguasai koordinasi saraf, gangguan pada luas pandang, degenerasi pada sarung selaput saraf dan bagian dari otak kecil (Edward, 2008). Logam berat (Hg dan Pb) dalam air kebanyakan berbentuk ion dan logam tersebut diserap oleh kerang secara langsung melalui air yang membran insang atau melalui makanan. Selain itu juga dapat melalui kulit dan lapisan mukosa yang selanjutnya diangkut darah dan dapat tertimbun dalam jantung dan ginjal kerang. 


Akumulasi ini tergantung pada jenis logam berat, jenis biota, lama pemaparan serta kondisi lingkungan seperti pH, suhu, dan salinitas. Semakin besar ukuran biota air, maka akumulasi semakin meningkat. Toksisitas yang ditimbulkan akibat akumulasi dalam jaringan tubuh mengakibatkan keracunan dan kematian bagi biota air yang mengkonsumsinya. Sifat toksik logam (Hg) dalam bentuk senyawa HgCl2 dengan konsentrasi 0,027 ppm menyebabkan kematian pada muloska. Urutan toksisitas logam berat dari yang tertinggi sampai terendah adalah Hg2+ > Cd2+ > Ag+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Zn2+


Besarnya kandungan logam berat yang terakumulasi dalam jaringan tubuh hewan air yang masih layak dikonsumsi manusia ditentukan oleh suatu standar. Berdasarkan Keputusan Ditjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 dan FAO/WHO (1976) kadar (Hg) maksimum pada biota laut yang boleh dikonsumsi sebesar 0,5 ppm dan kadar Pb sebesar 2 ppm, dan tidak boleh melebihi 0,2 mg per 70 kg berat badan per minggu sebagai metil merkuri FAO/WHO (1976). Menurut US EPA (2001), dalam kondisi tetap terpapar oleh merkuri, kadar dalam rambut (ȝg/g) rata-rata 250 kali kadar dalam darah (ȝg/mL).


Logam Berat Merkuri
Logam berat adalah kelompok unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki berat atom tinggi dan cenderung mengendap di lingkungan ketika dilepaskan